PASRAH–Beberapa
kios tetap berjualan dengan atap yang terbuka dan sebagaian menggunakan terpal.
Lima
Bulan Pasca Kebakaran Kios 10 Pintu
Demi
Bertahan Hidup, Berjual dengan Atap Bocor
Kebakaran sepuluh pintu yang terjadi
pada kios di Jalan Usman Harun Sampit lima bulan lalu, tepatnya pada 18
September 2011 itu masih menyisakan puing-puing sisa kebakaran. Meskipun demikian
beberapa pedagang tetap menjualkan dagangannya demi menopang kebutuhan keluarga.
=========================================================
HUSRIN
A LATIF, Sampit
Kondisi kios sepuluh pintu yang merupakan tempat para pedagang
menjualkan berbagai barang, mulai dari sembako sampai handphone tersebut masih
menghawatirkan. Pasalnya pasca kebakaran lima bulan lalu itu beberapa pedagang
tetap menjualkan dagangannya dengan kondisi atap dan pintu seadanya.
Salah
satu pedagang yang tetap bertahan dikios pasca kebakarakan itu adalah Haryanto
(29), pria satu anak yang merupakan penjual
handphone (Hp) serta aksesorisnya itu, sejak lima bulan lalu tetap menjualkan
barangannya demi bertahan hidup meskipun
kondisi dan keadaan tempat lokasi berjualan sudah tidak memungkinkan lagi.
Sementara
Haryanto mengaku, bahwa dia tetap memilih
bertahan ditempat kios itu, karena tidak ada lagi pekerjaan lain selain
berjualan. “Ya mas mau gimana lagi, kan dari dulu saya memang kerjanya jualan
ini (handphone red). Jadi kalau pekerjaan sudah tidak ada lagi, makanya saya memilih
lebih baik tinggal disini,” ujar Haryanto saat dibincagi Kalteng Pos, Kamis (26/1).
“Sejak
kebakaran itu, saya dan pemilik kiso lainnya hanya mendapat bantuan dari kumpulan
mahasiswa waktu itu sekitar Rp 1, 5 juta per kiosnya. Sedangkan untuk tenda dan
alat masak saat itu ada bantuan dari Depertemen Sosial (Depsos),” ucap ayah yang
memili satu anak ini.
Menurut,
Haryanto setelah kebakaran itu untuk bantuan dari Pemerintah daerah masih belum
ada karena yang ada hanya terpal dan alat masak tadi. Sedangkan kerugian yang
dialaminya mencapai Rp 20-Rp 25 juta lebih.
“Nah,
kalau masalah bantuan dari Pemda, dengar-dengar waktu itu sih ada tapi untuk bantuan
perehapan sampai saat ini (kemarin red) masih belum ada. Dan kalau mengharapkan
bantuan dari pemda kemungkinan masih lama, lebih baik bertahan aja dan tetap
berjual barang seadannya untuk bertahan dulu,” ujar Haryanto.
“Setelah
kebakaran itu juga, penjualan jadi menurun. Kalau dulu sebelum kebakaran sehari
bisa dapat Rp 200 -Rp 300 ribu perharinya. Tapi kalau sekarang ya ampun susah
sekali mas, sehari paling ada dapat Rp 50 ribu saja, itu pun hanya bisa untuk
bertahan,” ucapnya.
Sedangkan
selain omzet menurun, kondisi lain yang dicemaskan oleh Haryanto adalah ketika
hujan. Karena kios yang tidak ada dindinghanya menggunakan terpal sekaligus
menjadi atapnya tidak bisa bertahan lama, karena sudah bocor.
“Jadi
saat hujan sudah gak bisa diceritakan lagi lah, air sudah pasti masuk kedalam
dan dari atapnya juga sudah bocor, itukan hanya dituutp dengan terpal saja. Ya begitulah
keadannya.” Jelas Haryanto. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar